1. Hukum Coulomb
Pengertian muatan listrik menunjukkan bahwa
muatan tidak menyebar pada daerah tertentu melainkan berkumpul dalam satu
titik. Pada tahun1785 Charles Coulomb mengadakan penelitian pertama tentang
gaya yang ditimbulkan oleh dua benda yang bermuatan dengan alat yang bernama
neraca puntir coulomb. Dari hasil percobaan tersebut, Coulomb berkesimpulan :
“Besarnya gaya interaksi antara
dua buah benda titik yang bermuatan listrik adalah berbanding lurus dengan
perkalian antara masing-masing muatan dan berbanding terbalik dengan kuadrat
jarak antara kedua muatan titik tersebut.”
Hukum Coulomb adalah satu
persamaan yang menggambarkan kekuatan elektrostatik antara muatan elektrik yang
terpisahkan jarak tertentu, degan nilai muatan dan jarak pisah keduanya.
Dikembangkan pada 1780-an oleh ahli ilmu fisika Perancis Charles Augustin de
Coulomb yang merupakan orang penting pada pengembangan teori keelektromagnetan. Hukum Coulomb dapat dinyatakan sebagai berikut:
Gambar 1 -1
Gambar 1-1 menunjukkan dua
muatan titik QI dan Q2terpisah pada
jarak r dengan QI terletak
di pusat salib sumbu XYZ. Hukum Coulomb menyatakan bahwa gaya elektrostatika
pada muatan Q2 akibat
muatan QI adalah :
dan besamya :
Dengan cara matematika
konstanto E0 yang
disebut permitivitas ruang hampa didefinisikan sebagai
Eo= 8, 85432 x 10-12 C2/N.m2 =
8, 85432 x 10-12 F/m
Jika QI dan Q2 berada dalam medium di elektrika isotropik misalnya minyak, maka Eodalam.
(1-1) harus diganti dengan E=KEo dan K disini adalah konstanta dielektrika medium.
Misalnya QI, Q2,Q3,……., Qn pada posisi tetap dalam suatu susunan salib sumbu. Maka gaya pada muatan QI aklbat muatan-muatan lainnya adalah :
Misalnya QI, Q2,Q3,……., Qn pada posisi tetap dalam suatu susunan salib sumbu. Maka gaya pada muatan QI aklbat muatan-muatan lainnya adalah :
Contoh Soal :
Hitunglah besar dan arah gaya pada muatan Q3 seperti
ditunjukkan dalam Gambar 1-2, akibat muatan Ql dan Q2.
Gambar 1 -2. Penentuan gaya – gaya untuk Contoh
1 -2
Muatan inti helium ialah + 2e dan muatan inti +
10e, dimana adalah muatan dasar 1,60 x 10-19 C. Hitung gaya
tolak antara kedua inti itu seandainya jarak pisahnya 3 nanometer (lorn=10-9m).
Kedua inti itu berada dalarn vakum.
Jawab :
Jari-jari inti adalah di
sekitar 10-15 m, karena
itu inti boleh dianggap sebagai muatan titik, maka :
Sekarang mari kita kupas hukum Coulomb ini
dengan seksama :
a.
Besarnya gaya tarik menarik atau tolak-menolak
sebanding dengan besar muatan masing-masing
Contoh :
Dua muatan masing-masing + 2Q dan + Q terpisah
sejauh d mengalami gaya listrik sebesar F. Berapa besar gayanya jika muatan
masing-masing menjadi +3Q dan +4Q?
Penyelesaian:
Dari soal di atas dapat dibuat diagram sebagai
berikut.
Karena besarnya gaya Coulomb F sebanding dengan
muatan-muatannya maka dapat dituliskan
Perhatikan diagram berikut.
Nampak bahwa, ketika muatan-muatannya menjadi
lebih besar maka besar gaya Coulomb-nya juga lebih besar.
b.
Besarnya gaya Coulomb berbanding terbalik
kuadrat jarak kedua muatan
Ketika dua buah muatan terpisah makin jauh,
tentunya pengaruh keduanya akan semakin kecil. Lebih kecilnya, bukan sekedar
berbanding terbalik tetapi berbanding terbalik dengan kuadrat jarak keduanya.
Contoh :
Dua muatan masing-masing +Q C dan +Q C terpisah
sejauh d mengalami gaya Coulomb sebesar F. Berapa gaya tolak-menolaknya, ketika
jarak muatan-muatannya menjadi 2d?
Penyelesaian:
Besarnya gaya Coulomb berbanding terbalik
dengan kuadrat jarak kedua muatan, sehingga besar gaya Couomb F’ nya menjadi :
Jadi, ketika jarak kedua muatan menjadi 2 kali
lebih besar, maka gaya Coulombnya ¼ kali gaya semula, ketika jaraknya menjadi 3
kali, maka gaya Coulombnya menjadi 1/9 kali gaya semula dan seterusnya.
2. Hukum Faraday
Arah medan listrik di beberapa titik dapat
dilukiskan secara grafis dengan menggunakan garis-garis gaya (kayalan). Konsep
dasar ini dikemukakan oleh Michael Faraday yang berbunyi :
“Sebuah garis gaya dalam suatu
medan listrik adalah sebuah garis gaya yang dilukiskan apabila garis singgung
pada setiap titiknya menunjukkan arah medan listrik pada titik tersebut.”
Michael faraday
(1791-1867), seorang ilmuwan jenius dari inggris menyatakan bahwa:
1. Jika sebuah
penghantar memotong garis-garis gaya dari suatu medan magnetik (flux) yang
konstan, maka pada penghantar tersebut akan timbul tegangan induksi.
2. Perubahan flux
medan magnetik didalam suatu rangkaian bahan penghantar, akan menimbulkan
tegangan induksi pada rangkaian tersebut.
Kedua pernyataan
beliau diatas menjadi hukum dasar listrik yang menjelaskan mengenai fenomena
induksi elektromagnetik dan hubungan antara perubahan flux dengan tegangan
induksi yang ditimbulkan dalam suatu rangkaian, aplikasi dari hukum ini adalah
pada generator. Gambar dibawah akan menjelaskan mengenai fenomena tersebut.
Gambar Hukum Faraday, Induksi Elektromagnetik.
Hukum Faraday I
"Massa zat yang terbentuk
pada masing-masing elektroda sebanding dengan kuat arus/arus listrik yang mengalir pada elektrolisis
tersebut".
Rumus:
m = e . i . t / 96.500
q = i . t
m = massa zat yang dihasilkan
(gram)
e = berat ekivalen = Ar/
Valens i= Mr/Valensi
i = kuat arus listrik (amper)
t = waktu (detik)
q = muatan listrik (coulomb)
Hukum Faraday
II
"Massa dari macam-macam zat yang diendapkan pada masing-masing elektroda (terbentuk pada masing-masing elektroda) oleh sejumlah arus listrik yang sama banyaknya akan sebanding dengan berat ekivalen masing-masing zat tersebut." Rumus: m1 : m2 = e1 : e2 m = massa zat (garam) e = beret ekivalen = Ar/Valensi = Mr/Valensi |
Contoh:
Pada elektrolisis larutan CuSO4 dengan elektroda inert, dialirkan listrik 10 amper selama 965 detik.
Hitunglah massa tembaga yang diendapkan pada katoda
dan volume gas oksigen yang terbentuk di anoda pada (O°C, 1 atm), (Ar: Cu =
63.5 ; O = 16).
Jawab:
CuSO4 (aq) ® Cu2+(aq) + SO42-(aq)
Katoda [elektroda - : reduksi] : Cu2+(aq) +
2e- ®
Cu(s)
Anoda [elektroda + : oksidasi]: 2 H2O(l) ®
O2(g) + 4 H+(aq) + 4 e-
a.
|
massa
tembaga:
m = e . i . t/96.500 = (Ar/Valensi) x (10.965/96.500) = 63.5/2 x 9.650/96.500 = 31.25 x 0,1 = 3,125 gram |
b.
|
m1 : m2 = e1 : e2
mCu : mO2 = eCu : eO2 3,125 : mO2 = 6.32/2 : 32/4 3,125 : mO2 = 31,25 : 8 mO2 = (3.125 x 8)/31.25 = 0.8 gram mol O2 = 0.8/32 = 8/320 = 1/4 mol volume O2 (0°C, 1 atm) = 1/40 x 22.4 = 0.56 liter |
3.
Hukum
Oersted
Jika muatan listrik mengalir melalui kawat
penghantar konduktor, maka akan timbul pengaruh magnetik disekitar kawar
berarus tersebut. Pengaruh magnetik ini mampu menarik bahan magnetik lainnya.
Jika serbuk besi diletakkan disekitar kawat berarus maka serbuk besi tersebut
akan berarah secara teratur. Hans Christian Oersted, pada tahun1820, mengadakan
penelitian tentang pengaruh medan magnet disekitar kawat berarus.
4.
Hukum
Ohm
Jika beda potensial pada ujung kawat dapat
dipertahankan konstan, maka akan menimbulkan aliran muatan listrik atau yang
disebut dengan aliran arus listrik. Definisi arus listrik (I) adalah jumlah
muatan (Q) listrik yang mengaklir dalam penghantar tiap satuan waktu (t). Jadi
1 Ampere sama dengan 1 coulomb perdetik.
“Hukum Ohm Menyatakan bahwa
tegangan V antara ujung-ujung sebuah tahanan adalah sebanding dengan arus I
yang melaluinya.”
Hubungan antara kuat arus dengan beda potensial dalam
suatu rangkaian tertutup pertama kali diselidiki oleh fisikawan jerman yang
bernama George Siemon Ohm dalam suatu konsep yang disebut dengan Hukum Ohm.
Hukum Ohm menyatakan bahwa "Pada temperatur tetap, kuat arus dalam
suatu rangkaian tertutup akan sebanding dengan beda potensial antar ujung-ujung
rangkaian".
V
|
I
|
R = V/I
|
1,5 volt
|
0,15 amper
|
10
|
3,0 volt
|
0,30 amper
|
10
|
4,5 volt
|
0,45 amper
|
10
|
Keterangan:
V = beda potensial listrik antar ujung-ujung rangkaian
(volt)
I = kuat arus listrik dalam rangkaian (amper)
R = hambatan total rangkaian pada temperatur konstan
(Ω)
Model grafik komponen-komponen Ohmmik jika dialiri
arus listrik
5. Hukum Kirchoff 1 adalah Hukum Kirchoff Tentang
Arus (KCL).
“Jumlah aljabar keseluruhan arus
yang menuju titik percabangana adalah nol. Titik percabangan adalah titik
pertemuan tiga atau lebih arus ke- atau dari unsur rangkaian atau sumber
tegangan.”
Dalam hukum ini, dipakai suatu perjanjian bahwa
arus yang menuju titik percabangan ditulis dengan tanda positif dan arus yang
tudak menuju (meninggalkan titik percabangan ditulis dengan tanda negatif).
6. Hukum Kirchoff 2, Hukum Kirchoff tentang
tegangan (KVL)
“Jumlah aljabar keseluruhan
penurunan tegangan (voltage drops) dalam suatu rangkaian tertutup (loop) yang
dibaca satu arah tertentu sama dengan nol”
Hukum II Kirchoff adalah hukum
kekekalan energi yang diterapkan dalam suatu rangkaian tertutup. Hukum ini
menyatakan bahwa jumlah aljabar dari GGL (Gaya Gerak Listrik) sumber beda
potensial dalam sebuah rangkaian tertutup (loop) sma dengan nol. Secara
matematis, Hukum II Kirchoff ini dirumuskan dengan persamaan
Di mana V adalah beda potensial komponen komponen
dalam rangkaian (kecuali sumber ggl) dan E adalah ggl sumber. Untuk lebih
jelasnya mengenai Hukum II Kirchoff, perhatikanlah sebuah rangkaian tertutup
sederhana berikut ini.
Dari rangkaian sederhana di atas, maka akan berlaku
persamaan berikut (anggap arah loop searah arah arus)
I . R + I . r - E = 0..............1)
E = I (R + r)
I = E/(R + r)
Persamaan 1 dapat ditulis dalam bentuk lain seperti
berikut
I . R = E - I . r
Di mana I . R adalah beda potensial pada komponen
resistor R, yang juga sering disebut dengan tegangan jepit
7.
Hukum Ampere-Biot-Savart
3 orang ilmuwan jenius dari
perancis, Andre Marie Ampere (1775-1863), Jean Baptista Biot (1774-1862) dan
Victor Savart (1803-1862) menyatakan bahwa:
“Gaya akan dihasilkan oleh arus listrik yang
mengalir pada suatu penghantar yang berada diantara medan magnetik”
Hal ini juga merupakan kebalikan dari hukum faraday, dimana
faraday memprediksikan bahwa tegangan induksi akan timbul pada penghantar yang
bergerak dan memotong medan magnetik. Hukum ini diaplikasikan pada mesin-mesin
listrik, dan gambar 2 akan menjelaskan mengenai fenomena tersebut.
Gambar Hukum Ampere-Biot-Savart, Gaya induksi
Elektromagnetik.
8.
Hukum Lenz
Pada tahun 1835
seorang ilmuwan jenius yang dilahirkan di Estonia, Heinrich Lenz (1804-1865)
menyatakan bahwa:
“arus induksi elektromagnetik dan gaya akan
selalu berusaha untuk saling meniadakan (gaya aksi dan reaksi)”
Sebagai contoh, jika suatu penghantar diberikan gaya untuk
berputar dan memotong garis-garis gaya magnetik, maka pada penghantar tersebut
akan timbul tegangan induksi (hukum faraday). Kemudian jika pada ujung-ujung
penghantar tersebut saling dihubungkan maka akan mengalir arus induksi, dan
arus induksi ini akan menghasilkan gaya pada penghantar tersebut (hukum
ampere-biot-savart). Yang akan diungkapkan oleh Lenz adalah gaya yang
dihasilkan tersebut berlawanan arah dengan arah gerakan penghantar tersebut, sehingga
akan saling meniadakan.
Hukum Lenz inilah yang menjelaskan mengenai prinsip kerja
dari mesin listrik dinamis (mesin listrik putar) yaitu generator dan motor.
Gambar Hukum Lenz- gaya aksi dan reaksi.
Gambar Hukum Lenz- gaya aksi dan reaksi.
9.
Konversi Energi Elektromekanik
Tiga hukum dasar listrik yaitu Hukum Faraday, Hukum Ampere-Biot-Savart dan Hukum Lenz terjadi pada proses kerja dari suatu
mesin listrik dan hal ini merupakan prinsip dasar dari konversi energi. Secara
garis besar, elektromekanik dari mesin listrik dinamis dinyatakan:
“Semua energi listrik dan energi mekanik
mengalir kedalam mesin, dan hanya sebagian kecil saja dari energi listrik dan
energi mekanik yang mengalir keluar mesin (terbuang) ataupun disimpan didalam
mesin itu sendiri, sedangkan energi yang terbuang tersebut dalam bentuk panas”
Sedangkan hukum kekelan energi pertama menyatakan bahwa:
“energi tidak dapat diciptakan, namun dapat
berubah bentuk dari satu bentuk energi ke bentuk energi lainnya”
Aplikasi dari 4 dasar prinsip kerja mesin listrik dinamis dan
hukum kekalan energi digambarkan sebagai berikut:
Gambar Prinsip
Konversi Energi Elektromekanik.
Tanda positif (+) menunjukkan energi masuk, sedangkan tanda
negatif (-) menunjukkan energi keluar. Panas yang dihasilkan dari suatu mesin
yang sedang melakukan proses selalu dalam tanda negatif (-).
Sedangkan untuk energi yang tersimpan, tanda positif (+)
menujukkan peningkatan energi yang tersimpan, sedangkan tanda negatif (-)
menunjukkan pengurangan energi yang tersimpan.
Keseimbangan dari bentuk-bentuk energi diatas tergantung dari nilai efisiensi mesin dan sistem pendinginannya.
Keseimbangan dari bentuk-bentuk energi diatas tergantung dari nilai efisiensi mesin dan sistem pendinginannya.
10. Hukum Lorentz
·
Bila penghantar berarus di letakkan di dalam
medan magnet , maka pada penghantar akan timbul gaya
·
Bagaimana gaya lorentz berfungsi, maka lakukan
percobaan dengan mengamati bentuk medan magnet atau garis gaya magnet selama
percobaan.
Bila pengamatan dilakukan dengan benar maka akan diperoleh :
(a) Makin besar arus listrik yang mengalir, makin besar pula gaya yang bekerja dan makin cepat batang penghantar bergulir.
(b) Bila polaritas sumbu dirubah, maka penghantar akan bergerak dalam arah yang berlawanan dengan gerak sebelumnya.
Bila pengamatan dilakukan dengan benar maka akan diperoleh :
(a) Makin besar arus listrik yang mengalir, makin besar pula gaya yang bekerja dan makin cepat batang penghantar bergulir.
(b) Bila polaritas sumbu dirubah, maka penghantar akan bergerak dalam arah yang berlawanan dengan gerak sebelumnya.
perhatikan
gambar di bawah ini
MENENTUKAN
ARAH GAYA LORENTZ
Arah gaya lorentz dapat ditentukan dengan aturan tangan kanan. Jari-jari tangan kanan diatur sedemikian rupa, sehingga Ibu jari tegak lurus terjadap telunjuk dan tegak lurus juga terhadap jari tengah. Bila arah medan magnet (B) diwakili oleh telunjuk dan arah arus listrik (I) diwakili oleh ibu jari, maka arah gaya lorentz (F) di tunjukkan oleh jari tengah.
perhatikan gambar berikut :
Arah gaya lorentz dapat ditentukan dengan aturan tangan kanan. Jari-jari tangan kanan diatur sedemikian rupa, sehingga Ibu jari tegak lurus terjadap telunjuk dan tegak lurus juga terhadap jari tengah. Bila arah medan magnet (B) diwakili oleh telunjuk dan arah arus listrik (I) diwakili oleh ibu jari, maka arah gaya lorentz (F) di tunjukkan oleh jari tengah.
perhatikan gambar berikut :
Gaya
lorentz pada penghantar bergantung pada faktor sebagai berikut :
(1) kuat
medan magnet (B)
(2)
besar arus listrik (I)
(3)
panjang penghantar
sehingga
dapat dirumuskan
F =
B.I.L
keterangan
:
F adalah
gaya lorentz (N)
B adalah
kuat medan magnet (Tesla)
I adalah
kuat arus listrik (A)
L adalah
panjang penghantar (m)
Sumber:
http://ralis-ralog.blogspot.co.id/2012/11/hukum-dasar-listrik.html